Rabu, 18 April 2012

PENOLAKAN/ PENERIMAAAN TRANSPLANTASI


A.    Pengertian
Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain (Baratawidjaja, 2006).
Pencangkokan (transplantation) adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan hampir tidak ada lagi.
Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan mata. namun dalam perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu orang yang sangat memerlukannya.
Transplantasi bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Transfusi darah merupakan jenis transplantasi yang paling sering dilakukan.
Transplantasi organ tubuh biasanya melibatkan:
1.      Pencarian donor yang sesuai
2.      Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan
3.      Pemakaian obat-obat immunosupresan yang poten
4.      Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
5.      Kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian.
Untuk orang-orang yang organ vitalnya (misalnya jantung, paru-paru, hati, ginjal atau sumsum tulang) sudah tidak bekerja sebagaimana mestinya dan fungsinya tidak dapat kembali normal, maka transplantasi organ bisa merupakan satu-satunya peluang untuk bertahan hidup.

B.     Penolakan Transplantasi
Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian.  Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.  Proses penolakan, proses dimana tubuh menolak “benda asing” yg masuk kedalam tubuh.
Penolakan dibagi menjadi 2:
1.      Penolakan pertama dan kedua
Sel Th dan Tc resipien mengenal antigen MHC alogenik, sehingga memacu imunitas humoral dan membunuh sel sasaran. Makrofag juga dikerahkan ke tempat tandur atas pengaruh limfokin yang dihasilkan oleh Th.
2.      Penolakan  hiperakut, akut, dan kronik
a.       Penolakan hiperakut: tejadi dalam beberapa menit sampai jam setelah transplantasi. Disebabkan oleh destruksi oleh antibodi yang sudah ada pada resipien akibat transplantasi/transfusi darah atau kehamilan sebelumnya. Antibodi mengaktifkan komplemen yang menimbulkan edem dan perdarahan interstitial dalam jaringan tandur sehingga mengurangi aliran darah ke seluruh jaringan.
b.      Penolakan akut: pada resipien yang sebelumnya tidak disensitasi terhadap tandur. Terjadi sesudah beberapa minggu sampai bulan setelah tandur tidak berfungsi sama sekali dalam waktu 5-21 hari. Umumnya terjadi 5-10 hari setelah pencangkokan, dan dpt menghancurkan cangkokan tsb.apabila tidikenal dan dirawat. Obat penekan sistem imun sangat efektif mencegah tipe penolakan ini. Hal ini berhasil 60-75% pencangkokan ginjal pertama, 50-60% pada pencangkokan hati.
c.       Penolakan kronik: hilangnya fungsi organ yang dicangkokkan secara perlahan beberapa bulan setelah berfungsi normal. Disebabkan oleh sensitivitas yang timbul terhadap antigen tandur karena timbulnya intoleransi terhadap sel T, terkadang juga diakibatkan sesudah pemberian imunosupresan dihentikan. (Baratawidjaja, 2006). Hal ini dapat terjadi pada semua tipe cangkokan. Seperti pencangkokan jantung, paru, ginjal  dll
Mekanisme Penolakan
Sel T berperan utama dalam proses penolakan. Setelah distimulasi, efektor CD4+sel menghasilkan sitokin (antara lain inter-leukin -2 yang menyediakan signal untuk  Sel T sitotoksik dan sel T helper. IL-2 Juga meningkatkan ekspansi klonal sel  T,yang membantu dalam proses penolakan. Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam proses  Respons untuk  mendeteksi antigen asing. Pengenalan antigen transplantasi oleh sel T Helper disebut  “allorecognition”.
Golongan darah dan molekul MHC diantara berbagai individu berbeda. Reaksi penolakan dapat dikurangi dengan menggunakan anggota keluarga sebagai donor, tissue typing, dan obat imunosupresi. Reaksi penolakan ditimbulkan oleh sel Th resipien yang mengenal antigen MHC alogenik dan memicu imunitas humoral (antibodi). Sel CTL/Tc juga mengenal antigen MHC alogenik dan membunuh sel sasaran. Kemungkinan lain juga bahwa makrofag dikerahkan ke tempat tandur atas pengaruh limfokin dari sel Th sehingga menimbulkan kerusakan. Reaksi tersebut sesuai dengan reaksi tipe IV dari Gell dan Coombs/DTH.Urutan kejadian yang dapat terjadi selama penolakan tandur adalah:
1.       Dilakukan transplantasi
2.       Sel dendritik atau makrofag yang ada di dalam tandur (passenger leucocytes) meninggalkan tandur dan merangsang sel t resipien dengan segera
3.       Sel t resipien diaktifkan dan membunuh sel donor dalam tandur; dan 4) sel donor yang dibunuh melepas antigen donor, yang dapat dimakan fagosit resipien yang kemudian mempresentasikannya ke sel t resipien melalui molekul mhc ii (baratawidjaja, 2006).
Cara menanggulangi kegagalan transplantasi organ
Cara menanggulangi kegagalan transplantasi organ dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1.       Mencari donor yang memiliki golongan darah yangg sesuai dengan resipien.
2.       Setelah pembedahan, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.
Penolakan umumnya terjadi pada setiap proses transplantasi organ. Penolakan biasanya bisa diatasi dengan menambah dosis atau jumlah obat immunosupresan. Jika penolakan tidak dapat diatasi, berarti pencangkokkan telah gagal.
Jika pencangkokkan gagal, maka harus segera kembali dilakukan dialisa.
Upaya pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih dari pencangkokkan yang pertama.
C.    Penerimaan Transplantasi
Faktor yang berperan pada keberhasilan transplantasi , yaitu faktor yang berkaitan dengan donor dan resipien, faktor imunologi, faktor penanganan pra dan peri-operatif, serta faktor pasca-operatif.
1.       Faktor terkait donor. Transplantasi organ dapat memanfaatkan orgtan donor hidup yang sehat atau organ donor jenazah. Pemeriksaan persiapan calon donor hidup dilakukan secara bertahap (tabel dilampirkan). Dengan prosedur penjaringan dan evaluasi, dipastikan bahwa donor ikhlas, dalam keadaan sehat dan mampu menjalani operasi nefrektomi, serta mampu hidup normal dengan satu ginjal setelah melakukan donasi, dan donor tidak boleh mengidap penyakit ginjal.
2.       Faktor terkait resipien. Harus dipastikan terlebih dahulu apakah pasien memang sudah mengalami gagal ginjal tahap akhir. Risiko dan tingkat keberhasilan transplantasi juga dipengaruhi berbagai faktor tertentu, seperti usia dan kondisi umum resipien.
3.       Faktor imunologi. Pada transplantasi ginjal, sistem histokompatibilitas yang berperan adalah kesesuaian sistem golongan darah ABO dan HLA (human leucocyte antigen). Golongan darah ABO donor dan resipien harus sama agar tidak terjadi rejeksi vaskuler. Sedangkan ginjal transplan direjeksi terutama karena adanya protein pada membran sel yang dikode oleh MHC (Major Histocompatibility Complex). MHC menempati lengan pendek kromosom 6. Dengan obat imunosupresan, dilaporkan ketahanan hidup 1 tahun dari saudara dengan HLA identik 90-95%, saudara dengan haplo-identik 70-80%, dan saudara dengan haplo-negatif 60-70% (Susalit, 2007).



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pencangkokan (transplantation) adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan hampir tidak ada lagi. Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian.  Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. Faktor yang berperan pada keberhasilan transplantasi , yaitu faktor yang berkaitan dengan donor dan resipien, faktor imunologi, faktor penanganan pra dan peri-operatif, serta faktor pasca-operatif.








DAFTAR PUSTAKA

AKIBAT ATAU EFEK YANG DITIMBULKAN DARI MAKRO GIZI DALAM SISTEM IMUN


A.     Pengertian Zat Gizi
Pengertian zat gizi menurut buku Prinsip Dasar Ilmu Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan.
Menurut Kamus Gizi zat gizi adalah substansi dalam makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk hidup sehat, terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Di dalam tubuh zat-zat gizi tersebut berfungsi sebagai sumber energi/tenaga (utamanya karbohidrat dan lemak), sumber zat pembangun (protein), terutama untuk pertumbuhan, perkembangan, pertahanan dan perbaikan jaringan tubuh, serta sumber zat pengatur (vitamin dan mineral). Bila kekurangan/kelebihan dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan fisiologis tubuh.

B.     Pengertian Makro Gizi
Zat gizi Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram.
“Makro” berarti besar, zar gizi makro adalah zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah besar untuk menjalankan fungsinya dalam tubuh. Zat-zat gizi makro terdiri dari zat gizi yang dapat menghasilkan kalori atau energi. Zat gizi dapat mahkluk hidup peroleh dari makanan. Zat – zat gizi yang termasuk ke dalam golongan zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak, dan protein.




C.     Akibat Makro Gizi Dalam Sistem Imun
1.     Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia.
Fungsi dari karbohidrat antara lain:
1)      Sebagai sumber energi
2)      Pemberi rasa manis pada makanan
3)      Penghemat protein
4)      Pengatur metabolisme lemak
5)      Membantu pengeluaran feses

Ekskresi karbohidrat
Dalam waktu 1-4 jam setelah makan, serat makanan dan sebagian kecil pati yang tidak dapat dicerna memasuki usus besar untuk difermentasikan oleh mikoorganisme. Produk utama fermentasi karbohidrat di dalam usus besar adalah karbondioksida, hidrogen, metan dan asam-asam lemak rantai pendek yang mudah menguap. Pada kadar rendah, sebagian besar gas-gas hasil fermentasi akan dikeluarkan melalui paru-paru, tetapi bila melampui kemampuan kolon untuk mengabsorpsi, gas akan dikeluarkan melalui anus (flatus).
Sumber karbohidrat terdapat dalam padi-padian/serealia, umbian-umbian, kacang-kacangan, gula; hasilolahan seperti mie, roti, bihun, tepung-tepungan, selai, sirup.
Kekurangan karbohidrat dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya kurang gizi. Sedangkan apabila terlalu berlebih karbohidrat akan menimbulkan obesitas.


2.     Protein
Protein pertama kali diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda bernama Gerardus Mulder (1802-1880). Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat oleh ikatan peptida.
Protein adalah zat yang tersusun dari berbagai asam amino. Protein di dalam tubuh diubah menjadi asam amino. Asam amino diedarkan melalui pembuluh darah dan jantung. Dari 26 macam asam amino, tubuh kita membutuhkan 10 macam asam amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh kita. Jika satu saja dari kesepuluh itu tidak ada, maka tubuh akan mengalami gangguan seperti HO (hongeoredema) atau busung lapar, yaitu tertimbunnya cairan dalam jaringan tubuh. Sedangkan kekurangan protein yang diderita oleh bayi disebut kuasiorkor. Kelebihan asam amino tidak dapat disimpan dan akan dirombak menjadi urea.

Fungsi dari protein diantaranya :
1)      Membantu proses pertumbuhan dan pemeliharaan
2)      Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
3)      Mengatur keseimbangan air
4)      Memelihara netralitas tubuh
5)      Membentuk antibodi
6)      Mengangkut zat-zat gizi
7)      Sumber energi
Sumber protein yg baik adalah bahan makanan hewani seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, kerang . selain itu, ada juga sumber protein nabati seperti kacang-kacangan & hasil olahnya tahu, tempe, dengan asam amino pembatas metionin. Padi-padian dan hasilnya relatif rendah kandungan protein. Protein tidak komplit dengan asam amino pembatas lisin.
Kekurangan protein dapat menimbulkan penyakit kwashiorkor, marasmus. Sedangkan kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, demam, dan obesitas.
Akibat kekurangan dan kelebihan protein.
  Kekurangan
Diantara kelaparan yang berat dan nutrisi yang cukup, terdapat tingkatan yang bervariasi dari nutrisi yang tidak memadai, seperti kurang kalori protein (kkp), yang merupakan penyebab kematian pada anak-anak di negara-negara berkembang. pertumbuhan yang cepat, adanya infeksi, cedera atau penyakit menahun, dapat meningkatkan kebutuhan akan zat-zat gizi, terutama pada bayi dan anak-anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi. Kurang kalori protein disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai, yang mengakibatkan kekurangn protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral). Terdapat tiga jenis kkp, yaitu:
a.       Kkp Kering : Jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi. Kkp kering disebut marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh. Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit makanan. Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh.
Jika anak mengalami cedera atau infeksi yang meluas, prognosanya buruk dan bisa berakibat fatal.
b.      Kkp Basah : Jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan. Kkp basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa afrika berarti 'anak pertama-anak kedua'. Istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian asi ibunya. Anak pertama yang telah disapih tersebut mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan asi, sehingga tidak tumbuh dan berkembang. Kekurangan protein pada kwashiorkor biasanya lebih jelas dibandingkan dengan kekurangan kalori, yang mengakibatkan: tertahannya cairan (edema), penyakit kulit dan perubahan warna rambut. Anak yang menderita kwashiorkor biasanya telah menjalani penyapihan, sehingga usianya lebih besar daripada anak yang menderita marasmus.
c.       Kkp Menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara kkp kering dan kkp basah. Kkp menengah disebut marasmik-kwashiorkor.
anak-anak yang menderita kkp ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus.
Tubuh menghancurkan/memecahkan jaringannya sendiri untuk digunakan sebagai kalori:
·         Cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati habis terpakai
·         Protein di otot dipecah untuk menghasilkan protein baru
·         Cadangan lemak dipecah untuk menghasilkan kalori.
Sebagai akibatnya seluruh tubuh mengalami penyusutan.
Pada kwashiorkor, tubuh hanya mampu menghasilkan sedikit protein baru. akibatnya kadar protein dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan cairan terkumpul di lengan dan tungkai sebagai edema.
Kadar kolesterol juga menurun dan terjadi perlemakan pada hati yang membesar (pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam sel-sel hati). Kekurangan protein akan menganggu: pertumbuhan badan, sistem kekebalan, kemampuan untuk memperbaiki kerusakan jaringan, produksi enzim dan hormon.
Pada marasmus dan kwashiorkor sering terjadi diare. perkembangan tingkah laku pada anak yang menderita malnutrisi berat sangat lambat dan bisa terjadi keterbelakangan mental. Biasanya anak yang menderita marasmus tampak lebih sakit daripada anak yang lebih tua yang menderita kwashiorkor.
• Kelebihan
Protein secara berlebih tidak menguntungkan bagi tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat dapat menyebabkan obesitas.
Kelebihan protein tidak baik, karena dapat mengganggu metabolisme protein yang berada di hati. Ginjal pun akan terganggu tugasnya, karena bertugas membuang hasil metabolisme protein yang tidak terpakai.
Malah kalo kadar protein terlalu tinggi bisa-bisa kalsium keluar dari tubuh. Ini kan bisa jadi penyebab osteoporosis.
Karena protein merupakan makanan pembentuk asam, kelebihan asupan protein akan meningkatkan kadar keasaman tubuh, khususnya keasaman darah dan jaringan. Kondisi ini disebut asidosis. Gangguan pencernaan, seperti kembung, sakit mag, sembelit, merupakan gejala awal asidosis.
Protein: arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.


3.     Lemak
Lemak makanan adalah kandungan lemak yang terdapat dalam semua bahan makanan dan minuman. Pada dasarnya, semua lemak itu baik karena lemak dibutuhkan untuk menjaga kelan gsungan hidup manusia.
 Peran lemak adalah menyediakan energi sebesar 9 kalori/gram, melarutkan vitamin A, D, E, K, dan menyediakan asam lemak esensial bagi tubuh manusia. Lemak mulai dianggap berbahaya bagi kesehatan setelah adanya suatu penelitian yang menunjukkan hubungan antara kematian akibat penyakit jantung koroner dengan banyaknya konsumsi lemak dan kadar lemak di dalam darah.
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel  helper, produksi cytokine.
Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragiroti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa betaglucan dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).





Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsiimun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah.
Juga wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalamwaktu 3minggu setelah diberikan DHEA
Jenis-jenis lemak
Makanan berlemak terdiri dari beberapa jenis. Berdasarkan struktur kimianya, dikenal lemak jenuhtidak jenuh tunggaltidak jenuh ganda, dan lemak trans. Berdasarkan fungsinya di dalam tubuh, lemak terbagi menjadi lemak struktural yang membentuk dinding sel, timbunan lemak sebagai cadangan tenagahormon steroid, dan lemak esensial yang tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia.
Secara garis besar, lemak terdapat dua bentuk, yaitu lemak padat yang berasal dari hewan dan lemak cair (minyak) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Akan tetapi, minyak tumbuh-tumbuhan dapat diolah menjadi lemak padat melalui proses hidrogenasi dan dapat menghasilkan lemak trans yang berbahaya bagi kesehatan.
Di dalam makanan, lemak dapat tampak secara langsung (visible) maupun tidak langsung. Lemak tampak secara langsung, seperti misalnyapada babisapikambingayam, dan minyak goreng, sedangkan tidak tampak (invisible) biasa terdapat di dalam biskuit.
Fungsi
Di dalam tubuh manusia, lemak dibagi menjadi dua kelompok yaitu lemak struktural dan lemak fungsional. Lemak struktural adalah bagian dari dinding sel. Sedangkan, lemak fungsional dapat berupa hormon steroid, prostaglandin, dan timbunan lemak yang dapat dipakai sebagai cadangan energi. Pada dasarnya, lemak makanan (dietary fat) memiliki fungsi untuk menyediakan energi jangka panjang, memberikan rasa kenyang setelah makan, membantu pembuatan hormon, membentuk bagian otak dan sistem saraf, membentuk membran sel untuk setiap sel di dalam tubuh, mengangkut vitamin A, D, E, dan K ke seluruh tubuh, membantu mengatur suhu tubuh, serta menyediakan dua asam lemak esensial (seperti asam linoleat dan asam linolenat) yang tidak bisa dibuat sendiri oleh tubuh manusia.














DAFTAR PUSTAKA