Jumat, 13 April 2012

Epilepsi

A. Pengertian Epilepsi adalah kondisi tubuh yang bermula dari kejanggalan fungsi otak. Ini adalah pertanda kalau fungsi otak seseorang terkadang terganggu. Ketika ini terjadi, seseorang akan merasakan kejang-kejang (seizure). Epilepsi merupakan lepas muatan listrik yang berlebihan dan mendadak, sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dalam/dari otak ke bagian-bagian lain dalam tubuh terganggu. Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007) Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000) Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (anonim, 2008) B. Etiologi Penyebab epilepsi dapat di bagi menjadi dua yaitu epilepsi idiopatik(bila faktor penyebabny tidak di ketahui) dan epilepsi simtomatik (penyebabnya di ketahui).banyak faktor penyebab epilepsi ,di antatranya adalah faktor geneti/keturunan (relatif kecil) kelainan pada sast menjelang-sesudah persalinan,cedera kepala,radang selaput otak,stroke,tumor otak,kelainan pembuluh darah otak,adanya genanngan darah /nanah di otak,atau pernah mengalami operasi otak.selain itu setiap penyakit atau kelainan yang mengangu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang,seperti trauma lahir,trauma kepala,tumor otak,radang otak,perdarahan di otak,hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), cacat bawaan,ganguan elektrolit,ganguan metabolisme (kadar gula yang sangat rendah/tinggi), ganguan peredaran darah,keracunan (komsumsi alkohol,obat-obatan terlarang seperti narkotika atau koroin,obat penenenang,obat tidur,dan obat penghilang rasa nyeri yang berlebihan),siklus menstruasi tidak normal,kurang tidur,kelelahan yang berlebihan dan kondisi fisiologis seperti stres emosional. C. Patofisiologi Menurut Harsono, sistem saraf merupakan communication network (jaringan komunikasi). Otak berkomunikasi dengan organ-organ tubuh yang lain melalui sel-sel saraf (neuron). Pada kondisi normal, impuls saraf dari otak secara elektrik akan dibawa neurotransmitter seperti GABA (gamma-aminobutiric acid dan glutamat) melalui sel-sel saraf (neuron) ke organ-organ tubuh lain. Faktor-faktor penyebab epilepsi di atas, mengganggu sistem ini sehingga menyebabkan ketidakseimbangan aliran listrik pada sel saraf dan menimbulkan kejang yang merupakan salah satu ciri epilepsi. Gambar : Neurotransmiter D. Manifestasi Klinis 1. Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami merasa pernah mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu. 2. Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak. 3. Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit. Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total. 4. Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi. 5. Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal di daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah. Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang. 6. Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5 tahun. Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal. Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak. 7. Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi terus menerus, tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya menyebar luas. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita bisa meninggal. Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena Sisi otak yg terkena Gejala Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya Lobus parietalis Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu Lobus temporalis Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks misalnya berjalan berputar-putar Lobus temporalis anterior Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium Lobus temporalis anterior sebelah dalam Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak menyenangkan E. Komplikasi 1. Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang berulang. 2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar